RESEPKU – Beberapa tahun lalu, kuliner Timur Tengah masih belum familiar di lidah kita. Tapi sekarang, kuliner dari Jazirah Arab itu makin diterima di masyarakat.
Hal itu terbukti dengan makin menjamurnya berbagai ragam kuliner dari Timur Tengah yang bisa dengan mudah dijumpai di berbagai kota Indonesia. Kuliner itu seperti nasi mandhi, kebab, shawarma hingga nasi kebuli.
Nasi kebuli adalah salah satu kuliner khas Timur Tengah yang identik dengan rasa dan aroma rempah-rempah yang kuat. Nasi ini berbumbu pekat dengan daging kambing atau ayam sebagai sumber proteinnya.
Kuliner ini kerap hadir dalam momen-momen spesial. Mulai dari perayaan Idul Adha hingga acara jamuan keluarga besar untuk pesta pernikahan maupun momen spesial lainnya.
Di Indonesia, nasi kebuli mengalami proses adaptasi yang menarik. Menurut Jessica Lancoski, penulis kuliner internasional, hidangan ini merupakan contoh nyata akulturasi rasa yang telah diterima dan dikembangkan di Indonesia.
Meski awalnya dianggap asing, nasi kebuli kini mulai diterima dan bahkan dicari oleh masyarakat Indonesia. Rasa rempah yang kuat memang sempat menjadi tantangan.
Namun dengan berbagai penyesuaian dan inovasi, sajian ini mulai diterima oleh lidah lokal, terutama oleh mereka yang menyukai makanan gurih dan pedas.
Salah satu contoh adaptasi yang sukses datang dari Kebuli Yaman yang lahir dari keinginan untuk membuat nasi kebuli enak yang lebih bersahabat di lidah dan kantong.
“Dulu saya sendiri justru tidak suka nasi kebuli, karena menurut saya terlalu berat dan aneh di lidah, makanya saya ingin menciptakan nasi kebuli yang tetap khas, tapi lebih bisa diterima semua kalangan dari kelas pekerja sampai profesional,” ujar Rifqie Farhat, pendiri nasi Kebuli Yaman.
Dengan menjaga rempah utama namun menyesuaikan intensitasnya, Kebuli Yaman menghadirkan nasi kebuli enak yang cocok untuk berbagai usia. Rasa gurih dan pedas menjadi ciri khas utama yang membuat sajian ini diterima semua kalangan.
Melalui berbagai adaptasi, nasi kebuli tidak hanya menjadi simbol keberagaman rasa, tetapi juga menunjukkan bagaimana kuliner dapat menjadi sarana untuk menyatukan selera lintas budaya.
Dari meja makan Timur Tengah hingga dapur-dapur di Indonesia, ragam kuliner ini akan terus berkembang sebagai salah satu bentuk harmoni.